Senin, 25 Agustus 2014

Malpraktik Dentist Berujung Operasi

Hal yang menurut saya privasi ini terpaksa saya publikasikan dengan tujuan siapapun yang membacanya bisa mengambil manfaat dari pengalaman buruk saya ini, tentunya agar jangan sampai anda mengalami hal yang saya alami.

Di Indonesia kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi menurut saya masih rendah, atau mungkin hal ini hanya di masyarakat sekitar saya? Entahlah, tapi pada kenyataanya di Hong Kong saya menemukan betapa masyarakat di sini begitu memperhatikan soal kesehatan gigi.

Jadi ceritanya saya memiliki masalah soal gigi, mungkin banyak orang yang takut pergi ke dentist atau dokter gigi, tapi tidak dengan saya, sejak kecil saya terbiasa ke dokter gigi (adik saya juga),  bukan karena saya sedang sakit gigi, tapi karena dulu saya harus mencopot gigi lama saya yang di sebabkan munculnya gigi baru didepan atau belakang gigi yang belum tanggal, kami biasa menyebutnya  gigi “sundulan“, bukan sekali dua kali, tapi berkali kali, saya lupa tepatnya berapa kali.

Setelah mulai bekerja, jauh dari rumah saya mulai tidak pernah ke dokter gigi. 2 tahun berlalu , celah antara kedua gigi saya berlubang, ini dikarenakan selesai makan pasti ada makanan tertinggal di sana, lalu dengan masa bodohnya saya akan menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkanya, bahkan dengan cara yang kasar, akhirnya kedua gigi tersebut berlubang dan menghitam, melihat hal itu, mulailah saya mencari dentiat lagi, nah !, karena ditempat itu saya tidak tahu alamat dentiat , maka saya memilih pergi ke puskesmas, dari konsultasi, si dokter gigi menyarankan saya untuk menambalnya, okelah saya menuruti saran si dokter, ternyata sebelum menambal celah diantara dua gigi tersebut, dokter membersihkanya dengan mengerik atau menipiskan gigi, setelah itu diberi adonan untuk disumpalkan ke lubangnya, dokter menyuruh saya datang lagi setelah 3 hari kemudian, dokter akan melepas tambalan itu dan akan menggantinya dengan tambalan permanen, baru 3 jam berlalu dari tempat si dokter, saat itu saya mulai merasakan tidak nyaman, dan saat itulah saya  pertama kali   dalam hidup ini merasakan “SAKIT GIGI“ . Besoknya saya tidak masuk kerja dan ke puskemas lagi, saya meminta si dokter membuang tambalan itu , dan setelah saat itu, saya tidak pernah lagi ke dokter karena kecewa, saya membiarkan gigi saya yang lubangnya tambah besar akibat ulah si dokter, karena saya tidak mengizinkan si dokter menambalnya.

Sudah 4 tahun berlalu dari kejadian itu, gigi saya itupun tidak pernah sakit, tapi karena lubangnya menghitam maka saat saya sudah di Hong Kong saya kembali mencari dentist , saya melakukan cuci gigi, si dentist juga mengajari saya cara merawat gigi yang baik, membersihkan gigi dengan cara menggunakan benang gigi, tidak boleh menggunakan tusuk gigi. Lalu dia memberi tahu saya, bahwa  gigi saya telah mati, jadi tidak sakit, namun jika dibiarkan dan tidak dilepas, maka lama kelamaan akan keropos dan tinggal akar gigi. Jika sudah keropos dan tinggal akar gigi, maka saya akan kesulitan mebersihkanya karena mulai tertutup daging gusi, banyak kuman bersarang disana, dan yang paling menakutkan, perlu dilakukan pembedahan untuk melepas si akar gigi yang sudah tertutup daging gusi. Karena terbentur biaya yang diperkirakan sebesar gaji  sebulan (HK$4500), saya memilih untuk membiarkanya. Asuransi yang saya miliki hanya mencangkup biaya perawatan jika sakit gigi, sedangkan saat itu saya tidak sedang sakit gigi, maka saya memilih membiarkanya.

3 bulan lalu kebetulan saya pulang ke Indonesia, 2 bulan saya dirumah, pergi ke dokter gigi untuk melepas 2 gigi tersebut. Lega rasanya meskipun kehilangan 2 gigi, tapi biayanya tidak semahal di HK, jika di HK saya ditarget menghabiskan 6jt lebih, di INA tidak lebih dari 2jt.

Setelah 3 bulan berlalu,  posisi saya sudah berada di Hong Kong lagi, tiba tiba saya merasakan ada sesuatu yg mengganjal sebesar beras di gusi tempat 1 gigi diantara 2 gigi yang sudah dilepas, awalnya  saya kira itu sisa makanan, lalu iseng saja saya utak atik dan “awwwww my God!!“ sakit,  setelah 3 hari berlalu mulai ada rasa cenut-cenut menyapa, saya pikir “ah mungkin itu hanya urat yang keluar“,  entah urat apa, tapi saya mencoba menenangkan diri.

Setelah 6 jam cenut2 bertambah parah, waktu itu pukul 10 malam, saya memutuskan mengonsumsi obat pereda sakit, ternyata tidak mempan, bahkan sempat terfikir akan menelfon 999, yaa Allah, sakitnya LUAR BIASA!!!! Sebelum akhirnya saya minum obat tidur, karena sudah tidak tahan.

Pagi setelah bangun, gusi tersebut tidak sakit, tidak bengkak, tapi bernanah. Bos menyarankan  saya untuk ke dentist, akhirnya saya pergi ke dentist , setelah saya menceritakan masalahnya, dia memberi saya selembar surat dan menyuruh saya ke laboratorium untuk melakukan rontgen.

Hasil rontgen keluar dan saya serahkan ke dokter, dia menerawang lembaran hitam tersebut, dengan ramah si dokter menerangkan maksud gambar itu, bahwa ternyata masih ada satu akar gigi yang masih utuh ada di dalam gusi dan saat ini sedang terinfeksi kuman, sehingga bernanah dan sakit. Dokter akhirnya memberikan saya obat pereda sakit yang hanya diminum jika sakit, obat antibiotik, jika obat sudah habis, maka akan melepas akar gigi itu dengan pembedahan sedikit di gusi.

Inilah yang saya sebut “malpraktik“, pertanyaan saya, kenapa dokter di Indonesia kemarin tidak mengatakan ini pada saya???. Jika memang ia tak sanggup melepas 2 gigi bersamaan, harusnya dia jujur dan terus terang, biasanya setiap melepas gigi pasti dokter menyuruh melihat gigi yang sudah lepas, iya,  tapi hal itu tidak dilakukan dokter yang di Indonesia kemarin. Bodohnya saya, Saya juga tidak terfikir untuk melihatnya.

Seminggu kemudian saya kembali ke dokter untuk melepas akar gigi, setelah disuntik anti rasa, mulailah dentist bekerja, tak terasa 40 menit sudah berlalu, akar gigi sangat kuat dan dalam, sehingga hanya pecahan pecahan kecil yang bisa diangkat, yang ada didalam masih belum bisa dilepas, obat mulai tidak bereaksi, saya mersakan cenut2,  akhirnya disuntik lagi,  coba dicabut tetap tak bisa, sakit lagi, dokter mengatakan untuk menyudahi proses ini, saya ngeyel untuk disuntik lagi karena saya tak bisa membayangkan jika sakit seperti seminggu lalu kambuh.

Hingga akhirnya obat tak breaksi dan keringat dingin mulai bercucuran, wajah saya pucat, dokter mengecek kadar oksigen dalam darah dan memutuskan untuk tidak melanjutkan.

Setelah 1 jam berlalu, dokter mengatakan walaupun kemarin sudah tidak terasa sakit terrnyata infeksi saya belum sembuh total, sehingga obat anti rasa tidak bekerja dengan baik lalu saya merasakan sakit, sangat sakit.

Akhirnya ia kembali memberikan obat antibiotik dan penahan sakit, dia mengatakan jika sudah sembuh total baru berani melanjutkan untuk mencabut akar gigi tersebut.

Hari ini, seminggu lebih telah berlalu dari kejadian itu, dan akar gigi saya masih ada di dalam, tidak sakit, tapi jujur saja, saya takut, sangat ketakutan jika harus berhadapan dengan pisau yang kemarin digunakan dokter itu, saya masih teringat dengan jelas dengan pisau itu, saya memilih untuk tidak mencabut akar gigi ini sekarang, tapi nanti, setelah ketakutan ini hilang.

Bos menyarankan saya ke rumah sakit, agar ketika melepasnya saya disuntik bius supaya tak sadarkan diri, tapi jujur saya masih takut.

Pesan saya buat siapapun yang memiliki masalah gigi, jangan gunakan tusuk gigi, tapi gunakan benang gigi untuk mengambil makanan sisa yang tertinggal diantara celah gigi.

Jika mencabut gigi, pastikan anda melihat gigi yangbtelah dicabut itu dengan seksama, pastikan bahwa seluruh awak gigi telah berhasil dicabut.

Rajinlah pergi ke dentiat tanpa menunggu sakit dulu.

Jangan lupa, kurangi makanan dan minuman manis yang sebetulnya juga tidak baik bagi kesehatan, gosok gigi sebelum tidur, atau 1 jam selesai makan.

Semoga bida diambil hikmahnya.

Jumat, 08 Agustus 2014

Hampir Telanjang di Eskalator MTR Hong Kong

Semoga tulisan ini bisa sebagai pelajaran untuk para pembaca, khususnya wanita, dan pengguna eskalator pada umumnya.

Kejadian ini saya alami sekitar 3 minggu yang lalu.

Seperti biasa, hari Minggu waktunya libur kerja, karena cuaca panas dan sedang berpuasa, maka  rencana saya sehari penuh adalah mengawali hari itu dengan tidur hingga jam 11 siang, berangkat ke Sam Sui Po, mengantar teman ke dokter gigi, maklum  sang dentist berbahasa Mandarin, sedang teman saya hanya bisa bahasa Cantonese, dia sengaja memilih dokter itu karena hari Minggu para dokter lain tutup, tapi dokter ini unik, hari minggu pun masih menerima pasien. Selanjutnya ke Tsim Sa Tsui, mampir ke Masjid untuk sholat, dan acara terakhir ada janji buka bersama dengan kawan lama.

Selesai mandi sudah memasuki waktu dhuhur, jam 1:30 saya keluar rumah, seperti biasa, saya mengenakan rok panjang.
Ketika memasuki stasiun MTR (kereta bawah tanah) mulut saya sedang berbicara di telfon , telinga tersumpal headseat, disambi mata saya terfokus pada layar tablet membaca berita pemilu, tanganpun tak kalah seru menggeser-geser layar  mengeklik judul berita yang menarik.
Kebiasaan menyibukkan mulut, telinga, tangan, dan mata sudah sangat lazim dilakukan orang2 di sini ketika berada di tempat publik.
Kalau tidak membaca, pasti main game, seolah tak memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.

Inti cerita saya ada disini, ketika mulai mengantri menggunakan eskalator,  maka akan ada pengumuman yang berulang ulang oleh suara wanita dari mesin secara otomatis yang  sengaja ditujukan pada pengguna eskalator.
Announcements dalam bahasa Cantonese, Putonghua dan English itu berbunyi seperti ini “Please hold the handrail“ , “Don't keep your eyes only on the mobile phone“,  Previously, the announcement only said: "Please hold the handrail." Now the MTR has added: "Don't keep your eyes only on the mobile phone."
Namun namanya orang bandel dan seperti sudah secara otomatis meremehkan peringatan yang sudah hapal diluar kepala karena terlalu sering mendengarnya , saya dengan enjoi tidak memperdulikanya.
Kualatpun menimpa saya , he he...
Ketika naik , kaki sudah berpijak diatas anak tangga eskalator, tiba-tiba seperti ada yg menarik rok saya, karena banyak orang , maka saya pikir , “ah, mungkin rok saya tertarik oleh ...“ belum sempat menyelesaikan kalimat di dalam pikiran, saya secara reflek menengok ke bawah , dengan terkejut, panik dan otomatis, saya segera menarik ujung rok panjang saya yang ternyata hampir saja ditelan eskalator “oh my God!!!!“ secara  spontan saya menarik sekuat tenaga, dan, Alhamdulillah rok yang saya kenakan bisa kembali saya tarik keatas walaupun bekas oli menodai warna hijau nya.

Deg deg an, dan agak syok, “bagaimana jika rok saya itu tak bisa ditarik?“  pasti kejadian yang lebih parah akan saya lalui. Telanjang karna rok terlepas, (walaupun saya selalu memakai celana panjag didalam rok) mungkin saya mengalami kecelakaan? Terjatuh, mengenai orang lain? Ahhh entahlah, yang pasti saya begitu bersyukur saat itu karena selamat dari bahaya. Terimakasih Tuhan.

Sorenya saya sampai masjid ditanyai oleh seseorang, perihal rok saya yang belepotan oleh oli, ketika saya selesai menceritakannya, dia justru berantusias menceritakan pengalamanya dengan seorang kawan yang juga mengalami hal yang serupa dengan saya, bedanya kejadian yang ia ceritakan lebih parah, rok temanya harus dipotong oleh petugas MTR karena tak bisa ditarik, bisa dibayangkan seperti apa kelanjutanya, padahal lanjutnya bercerita, rok tersebut baru dipakai sekali.

Dari kejadian ini saya menghimbau buat teman2, hati hatilah ketika menaiki eskalator, jangan sampai kejadian ini menimpa kalian, mulai saat itu, saya selalu mengangkat agak keatas bagian rok saya, sedang tangan satunya berpegangan, tidak melototi layar hape, dan tidak berdiri terlalu mepet ke pinggir eskalator.

Sertifikasi HALAL dari MUI untuk MMM??

Apa itu MMM??? Saya tidak bisa menjelaskan dengan benar, maka saya memilih tidak menjelaskan di sini,  namun sebatas pengetahuan saya, MMM adalah suatu MONEY GAME secara OnLine.

Pertama kali saya mendengar MMM itu kapan?? Mungkin beberapa hari yang lalu.

Berawal dari seorang teman di FB yang posting, pamer tentang hasil uang perolehan dari MMM, disertai kalimat merendahkan dan mengejek
Teman lain yang tidak menjadi member MMM. Saya sendiri sebelumnya sama sekali belum pernah mendengarnya.

Saya hanya sekilas membaca, dan mengabaikan, namun efek dari statusnya yang terkesan sombong itu tidak bisa begitu saja hilang. 3 hari kemudian tanpa sengaja  saya membaca suatu judul berita “Bisnis MMM asal Rusia Menyasar TKI“ yang diposting seorang teman lainya di FB.

Dari judulnya sudah bisa diambil kesimpulan, tulisan itu mengupas MMM di kalangan BMI (Buruh Migran Indonesia), tapi setelah saya baca,  dalam tulisan itu sama sekali tidak ada ulasan tentang MMM di kalangan BMI. Entahlah kenapa si penulis memilih judul itu.
Uraianya begitu panjang, menjelaskan apa itu MMM dan sejarahnya.
Yang bisa saya tangkap dari tulisan itu ialah si penulis berita tersebut mengajak agar pembaca hati-hati terhadap MMM yang hanya mengandalkan kepercayaan tanpa ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban jika terjadi suatu masalah. Penulis tidak melarang atau tidak menyuruh untuk mengikuti MMM, hanya mengajak waspada, dan hati hati.

Karena menurut saya bermanfaat, maka saya mengunjungi link si pembuat berita, yang ternyata adalah sebuah web majalah yang terbit dikalangan BMI Taiwan.
Setelah saya copast isi berita dan link dari web tersebut, saya memostingnya di laman FB komunitas BMI. Tujuanya seperti posting yang lainya, saya hanya mengajak agar kawan kawan BMI waspada.
Tanpa mengurangi atau menambahi isi tulisan tersebut, namun di akhir postingan itu, saya sengaja menulis satu kalimat opini pribadi bahwa saya ragu tentang ke“halal“an  memperoleh uang dengan cara itu.

Sampai saya curhat ini, hampir 500 komentar masuk di postingan itu, pro dan kontra itu biasa bagi saya, diantaranya pujian dan sanjungan serta ucapan terimakasih dari komentator yang merasa sudah diingatkan, para member MMM yang merasa diusik kehidupanya bisnisnya, dan yang netral juga banyak.

Namun ada yang begitu mengganjal di hati ketika ada yang memosting gambar sertifikasi HALAL dari MUI disematkan untuk MMM di kolom komentar tersebut.

Dengan gegas saya bertanya sumber foto tersebut darimana, jika benar MUI menghalalkan, saya minta link resminya sebagai bukti.
Bukanya mendapat jawaban, justru hujatan dan cemoohan para member MMM yang saya terima.

Bahkan dengan antusiasnya mereka sengaja memenuhi kolom komentar dengan gambar2 uang bertumpuk2 yang mereka klaim sebagai hasil dari MMM, disertai hujatan juga cemoohan atas profesi kami yang menurut mereka “hanya babu“. Aura kesombongan kembali mengudara.

Saya tersenyum kecut membaca setiap statemen yang tertulis si kolom komentar itu tanpa membalas satu katapun, karena bagi saya, sangat percuma dan sia sia mendebat mereka yang dikuasai emosi, andaikan bahasa mereka lebih “kalem“ saya yakin komentarnya akan bisa lebih berbobot.

Postingan tersebut sudah jelas TIDAK MELARANG dan TIDAK MENGANJURKAN untuk masuk ke MMM juga HANYA MENGANJURKAN UNTUK WASPADA. Tapi emosi membuat mereka mengatakan itu fitnah.

Saya menulis ini semata mata hanya meluapkan apa yg saya alami, saya juga bukan pelaku bisnis OnLine apapun. Tidak ada rugi dan untungnya bagi saya jika anda ikut atau tidak ikut MMM.

Tentang gambar yang mereka klaim bahwa MUI menghalalkan?? Sampai sekarang saya tidak mendapatkan jawaban entah darimana gambar itu berasal.

Rabu, 06 Agustus 2014

Kaum Jilboobs dan Kaum Muslimah

Pada awalnya saya tidak tertarik  membahas ini, namun karena banyak teman2 yg bertanya akhirnya saya punya ide untuk meluapkan apa yg saya pikirkan.

****

JILBOOBS adalah akronim  dari dua kata `Jilbab` dan `Boobs`.

Jilbāb (Arab: جلباب ) adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim.

Boobs (English) adalah payudara.

Menurut pemahaman saya, Jilboobs merupakan ungkapan yang berhubungan dengan lifestyle wanita , dimana sang penggemar jilboobs memakai pakaian ketat yang menonjolkan bagian dada atau payudara dan menggunakan penutup kepala yang mereka sebut jilbab, pada pemahaman yang sesungguhnya, penutup kepala yang demikian bukanlah jilbab.

Para pengguna jilboobs ini biasa disebut sebagai JILBOOBSERS atau JILBOOBSHOLIC.

Walaupun cara berpakaian ini sudah ada sejak dulu, namun istilah ini baru beredar luas  sekitar tahun 2014.

Ada banyak respon dari munculnya istilah ini, pro dan kontra.

*****
Apa yg saya tuliskan bukan bertujuan untuk menghakimi siapa yg benar siapa yg salah, karena bagi saya kebenaran mutlak adalah milik Tuhan sedang kesalahan mutlak dari mausia.

Saya merasa tidak berhak menggunjingkan, mengolok olok, atau merendahkan orang lain yg mereka tidak punya salah apa apa pada saya, apalagi soal cover, pakaian yg mereka kenakan, yg notabene hak setiap individu. Saya tinggal di Hong Kong,, dimana di sini berbagai macam model stlyle fashion  ada, bikini,you can see, rok mini, celana pendek, baju syar‘i, yg bercadar, sari India, dll, semua ada termasuk Jilboobs. Itu hak mereka, dan hak saya dengan apa yg saya kenakan.

Memang tidak ada yg melarang saya menilai orang lain, namun  saya rasa tidaklah etis mengomentari mereka dengan kata kata pedas tanpa sebuah peringatan, ajakan atau teguran.

Lebih baik mengaca pada diri sendiri, itulah saya. Memang pada dasarnya saya bukanlah wanita yg mengikuti trend mode, soal pakaian, bagi saya yg penting nyaman. Kebetulan saya menyukai jilbab yang longgar, yg lebar, yang membuat saya merasa nyaman, yg tidak susah dilepas ketika wudhu, yg tidak mudah lepas ketika beraktifitas, yg tidak banyak jarumnya. Pun baju, tidak suka yg bikin nafas sesak.

Kembali ke judul, Kaum Jilboobs dan Kaum Muslimah.

Saya yakin seorang muslim pasti tahu bahwa berjilbab syar‘i itu seperti apa, tapi hanya muslimah sejatilah yg bisa mempraktekkan apa yg disebut jilbab syar‘i. Menjadi muslimah sejati itu pilihan, bukan hanya sebuah takdir dari Tuhan, semuanya bisa dimulai dari detik ini, saya yakin Allah telah merestui, jadi menurut saya tidak perlu menunggu hidayah, karena hidayah telah lama menunggu , harus berbesar hati menjemputnya dengan bahagia.

Saya tidak akan mengatakan apa yg biasa saya kenakan adalah pakaian syar‘i dan hingga detik ini saya tetap memiliki keinginan juga ikhtiar untuk bisa mengenakan pakaian syar‘i tersebut. Karena ini pilihan saya.

Ada yg mengaggap jilboobs itu trend fashion, ada juga yg menganggap jilboobs adalah penistaan terhadap busana muslimah, anda termasuk yg mana? Itu hak anda memilih.

Banyak orang dengan gampang menuntut orang lain, tapi tidak bisa dan tidak mau menuntut dirinya sendiri, mungkin saya juga trmasuknya? Kadang iya, manusiawi.

Menuntut orang lain berpenampilan begini begitu, .. Tapi menurut saya ,walaupun saya wanita, bahkan pernah sekolah menjahit pakaian untuk wanita, tapi jujur kemampuan saya menilai fashion itu sangat amat buruk, saya tidak bisa mengatakan bagus begini atau begitu jelek, bagi saya , jenis fashion apapun itu tergantung dari siapa si pemakai. (maka dari itu jangan tanyakan bagaimana penampilan kostum anda pada saya)

Kaum jilboobs dan kaum Muslimah dilihat dari segi fashion, dua kaum ini berbeda ketertarikan dalam berbusana, menurut saya ini bukan hal yg perlu dipermasalahkan, saya yakin mereka sudah paham dengan apa yg mereka pilih, namaya paham itu tidak bisa dipaksakan kepada orang lain, dan kemampuan pemahaman setiap orang berbeda.

Intinya, saya hanya bisa mendoakan dan mengampanyekan, sekiranya memang saudaraku muslimah telah memahami bahwa jilbab itu wajib bagi muslimah, (dalam artian JILBAB nya muslimah, bukan JILBAB nya JILBOOBERS), ayo kita sama sama belajar mengenakan pakaian sayr‘i.

Kita sama sama saling menegur ketika diantara kita ada yg khilaf, saling mengingatkan ketika lupa.... Tanpa harus mencela ...

Jadi ketika disekeliling saya banyak yg menurut saya mengenakan pakaian tidak baik, saya memang sengaja tidak menegur, karena saya merasa itu pilihan mereka, mereka sudah tahu dan sangat menyadari betul apa konsekuensi dari apa yg mereka kenakan. Apakah saya egois tidak mengomentari mereka? tidak memaksakan mereka kepada yg menurut saya baik? Bahkan adalah mungkin saudara atau sahabat dekat? Sekali lagi, kemampuan saya hanya mendoakan dan mengampanyekan, bukan memaksakan hal yg menurut saya baik, karena belum tentu menurut mereka baik.

Demikianlah apa yg saya pikirkan.