Sabtu, 09 Mei 2015

MENERIMA DAN MEMBERI TEGURAN

Berlapang Hati Menerima Teguran.

Ada kalanya kita mengedepankan buruk sangka ketika ditegur atau diperingatkan atas kesalahan yang kita lakukan, karena mungkin saat itu kita belum menyadari bahwa kita salah. Rasa malu, gengsi bahkan kadang sakit hati tak jarang menguasai fikiran setelah mendapat teguran.
Bahkan kadang terlintas di hati kita bahwa yang menegur itu kepo, sok tahu, suka mencari masalah dengan kita, dan banyak lagi prasangka buruk yang muncul.

Lalu bagaimana agar bisa berlapang hati menerima teguran? Kucinya adalah pada cara berfikir kita, HINDARI BURUK SANGKA,  sama sama berfikir, kenapa tidak berfikir yang baik saja? Anggap saja yang menegur itu perhatian dan sayang sama kita, mereka masih mau meluangkan waktu untuk memperhatikan kita.

Pernahkah kita berfikir posisi yang menegur bagaimana?
Bayangkan jika yang menegur itu adalah kita, bagaimana perasaan anda ketika harus menegur orang lain?
Menegur itu lebih tidak enak dari pada orang yang menerima teguran bukan?
Karena ada beban tersendiri ketika harus memperingatkan dan mengungkapkan kesalahan orang lain.
Makanya tidak heran jika muncul perasaan sungkan dan risih saat harus menegur orang yang salah.
Jika memang orang tersebut salah, memang kewajiban kita menegur.

Cara menegur seseorang juga harus mengedepankan rasa kasih sayang, demi adanya suatu perubahan. Tetap mengedepankan prasangka baik, anggap saja orang yang melakukan kesalahan tersebut karena belum tahu kesalahanya apa. Dan tugas kita memberi tahu. Jangan sampai prasangka buruk menguasai sebelum mencoba, apalagi berfikir bahwa orang tersebut sengaja melakukan kesalahan itu. Karena jika prasangka buruk sudah menguasai, akan susah menemukan cara menegur dengan baik. Bukanya yang ditegur senang karena diingatkan, justru bisa jadi akan muncul masalah baru. Untuk menghindari hal itu terjadi ada baiknya kita menyusun cara menyampaikan teguran dengan sebaik mungkin.

Sebaiknya kita tidak mencari-cari kesalahan orang lain, artinya kita harus menegur secara obyektif. Jangan sampai hanya karena tidak suka kepada seseorang, lalu menyalahkan apa yang ia lakukan, padahal itu bukan suatu kesalahan. Maka kita harus mencari tahu dulu kebenaranya , apakah dia benar salah? Atau kita hanya salah sangka? Apalagi jika masalah itu tidak kita saksikan sendiri, misalnya hanya kata orang ketiga tanpa bukti.Klarifikasi dulu kepada orang yang akan anda tegur, bila perlu hadirkan juga pihak ketiga tadi.

Tidak menunda-nunda waktu untuk menegur, karena hal ini akan berakibat yang ditegur merasa itu bukan kesalahan.

Lakukan secara sersonal . Ingatlah, jangan pernah menegur ditengah orang banyak dan dengan bantuan orang lain, lakukan empat mata, pilih tempat yang melindungi privasi, bersikaplah sebijak mungkin, anda akan menegur, bukan menghukum, jangan mempermalukan orang tersebut didepan orang lain.

Gunakan bahasa yang halus/tidak kasar, namun tegas , akan lebih baik jika cara penyampaian kita tidak seperti mengurui, tapi cenderung mengajak. Ada kritik ada saran, ingat anda akan menegur, bukan menghakimi.

Jangan gunakan sindiran yang anda pikir dia akan paham, ingat apa yang anda pikirkan tidak sama dengan apa yang orang lain pikirkan, tidak semua orang mampu menanggapi sindiran dengan baik.

Teguran hendaknya tidak melenceng dari persoalan, artinya hindari menyinggung hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan masalah pokok, apalagi masalah pribadi diantara kita.

Beri kesempatan pada orang yang kita tegur untuk memberikan penjelasan, hal ini juga membantu kita dalam memecahkan persoalan dan memberikan saran. Jangan sekali kali mengintimidasi atas kesalahanya, bisa jadi dia justru tidak akan mau menerima teguran dan malah keukeuh dengan kesalahanya.

Jika kita telah menegur dengan baik baik justru dia berburuk sangka dan tidak ada iktikad baik darinya untuk berbenah, maka tugas kita cukup mendoakan. Setidaknya kita telah melakukan hal yang benar, yaitu BERANI menegur. Tentunya kita pernah menemui kasus dimana A membuat kesalahan, B mengetahui tanpa klarifikasi langsung membicarakan kesalahan A kepada si C. Seandainya anda diposisi A dan mengetahu hal itu, pastinya anda tidak suka bukan? Hanya berani berbicara dibelakang,,namun tidak berani menegur langsung.

Semoga bermanfaat, silahkan dikoreksi jika ada yang menurut anda salah, tegur saya jika anda rasa saya salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar