Sabtu, 04 Januari 2014

Makhluk alim di negeri Beton ~ cerbung Part 4

“lagian kan jilbab itu bukan sesuatu yang bisa dijadikan tolok ukur keimanan seseorang, jilbab itu perintah yang wajib dan ga bisa ditawar tawar, ga lucu ah perintah Allah ditawar tawar kayak beli sayuran aja“ aku  mencoba mencairkan suasana yang agak tegang itu dengan sedikit guyonan, kami tersenyum  simpul.

“Ya. Emang benar. Kita berhak berpendapat apapun, tapi tidak kita tidakberhak untuk menilai keimanan seseorang” aku mencoba membuka obrolan lagi.

Mba Nur pun menimpali “Karena tak ada satu manusia pun yang pantas merendahkan manusia yg lainnya, atau merasa lebih hebat atau suci dari manusia yg lain,biar Allah saja yang punya hak untuk menilai hamba Nya.
Ketika seorang akhwat dengan jilbab lebar berani menilai saudarinya yang berjilbab lebih pendek darinya dengan anggapan mereka yg mengenakan jilbab tak selebar dia adalah orang2 yg berada di bawah levelnya, sesungguhnya saat itu juga keimanan nya harus dipertanyakan, naudzubillah, semoga kita terhindar dari sifat seperti itu“

“Ahhh lagian ngapain sibuk menilai orang lain, sibukkan saja berbenah diri sendiri. Itu lebih baik.“ Umi ikut angkat suara.

Setelah terdiam beberapa menit Wati akhirnya berbicara “ tapi rasanya aku belum siap untuk berjilbab , aku takut jika nanti bongkar pasang jilbabku, apa kata orang? Aku belum siap. Mungkin Allah belum memberiku hidayah“

“emang mba Wati tahu kalo Allah belom ngasih hidayah? Gimana liatnya? Bukankah hidayah itu harus dicari dan diterima? Ngapain npeduliin orang ngomong apa?  Tapi kalau memang dasarnya ga ada niat sih susah, aku dlu aja kadang juga ga berjilbab, bukanya apa apa, cuman lg proses belajar, aku sering dapat komentar berbeda, ada yg muji, ada yg sinis, namanya orang ya pastilah suka komentar, setelah itu suka paka jilbab dimodel2, eh sekarang sudah paham bahwa jilbab syar‘i itu simple, tampil apa adanya, ga perlu repot apalagi sampai mengganggu aktifitas orang lain , dulu yah, aku tiap abis wudhu pasti ngantri didepan cermin toilet, buat pasang jilbab, ga perduli orang mau cuci tangan, karena dlu belum paham“ ungkap Umi menceritakan masa lalunya.


Mba Umi merendahkan suaranya, memandang wajah Wati“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Kita tidak tahu usia sampai kapan mba, jika kita bisa memulai melaksanakan perintahnya sekarang , kenapa musti nunda? Sekali lagi jilbab itu wajib, kita hidup karena Allah, bukan karena manusia, semua butuh belajar, mari kita belajar melakukan karena Allah, bukan karena omongan orang“

Pengeras suara menyampaika MTR telah sampai di Cause Way Bay, kami berempat turun, sama sama menuju exit E.

Bersambung

Penulis Eva Mitrawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar